Tips Mendaki Saat Menstruasi



Kamu perempuan? Hobi naik gunung atau baru mau naik gunung? Ada rencana atau ajakan mendaki yang seru tapi khawatir datang bulan saat perjalanan? Tulisan ini dibuat untuk membantu teman-teman perempuan yang sering banget nanya gimana caranya pengen naik gunung tapi lagi haid. Semoga tips-tips ini membantu, ya!

1. Kenali pola haid sendiri

Kita harus perkirakan kapan datang bulan itu bertamu. Kalau haidnya ga teratur, lebih baik bawa pembalut daripada nanti repot sendiri. Perhitungkan biasanya haid berapa hari kemudian hitung juga total perjalanan dari pergi hingga pulang lagi ke rumah. Jangan sampai kurang bawa pembalut. Lebih baik bawa lebih.

2. Pakai pembalut bersayap (wing), panjang (night), dan perekatnya kuat

Kalo saya malah suka pakai dua pembalut yang pendek, karena meskipun pakai yang night, terkadang masih tetap tembus sedikit di bagian belakang. Apalagi mendaki itu kan banyak bergerak dan ga akan bisa deh jalan ala ala putri raja yang anggun manis jelita, pasti bakal bikin pembalut bergeser-geser. Pastikan pilih pembalut yang perekatnya benar-benar nempel di celana dalam. Karena yang pernah saya coba beberapa merk pembalut memang ada kekurangan di perekatnya. Tapi entah itu perekat pembalut atau celana dalam saya yang udah memble. Ha ha ha.

3. Simpan "peralatan tempur" kewanitaan di posisi ransel yang terjangkau

Khususkan wadah untuk alat tempur ini. Alat tempur saya biasanya hanya pembalut, plastik atau koran untuk membungkus bekas pembalut, tisu basah, dan tisu kering untuk buang air. Biasanya saya simpan di kantong atas ransel, simple, dan ga perlu bongkar packingan

4. Ganti pembalut sebelum mulai mendaki atau setiap 3-4 jam sekali

Biar memulai pendakiannya nyaman dan ga banyak berhenti di tengah pendakian. Kalo saya biasanya 4-5 jam sekali, tapi tergantung kalo banyak banget bisa lebih cepet ganti, karena selain udah ga bikin nyaman sama darah kotor, keringat di bagian vagina bikin cepat gatal hingga mengurangi kenikmatan mendaki

5. Siram dengan air cukup banyak ketika selesai buang air supaya tidak meninggalkan jejak darah

Mungkin akan membuang lebih banyak air untuk menyiram bekas buang air ketika haid, tapi ini demi lingkungan dan keselamatan diri. Kita ga tahu hewan buas apa yang berkeliaran di gunung yang sedang kita daki. Penciuman mereka tajam, dan bisa saja mereka mengikuti sumber bau darah. Yang tak kalah penting adalah untuk menghormati alam.

6. Pastikan setelah buang air, keadaan vagina dalam kondisi benar-benar bersih dan kering

Saya sendiri selalu mengelap vagina sampai kering setelah buang air karena selain sayanya ga nyaman, kondisi vagina yang lembab bikin pembalut lebih cepat sobek, darah jadi menyebar dan menembus ke samping celana

7. Sampah pembalut simpan sendiri

Jangan disatukan dengan sampah bersama (sampah makanan, kopi, dll). Bungkus sampah pembalut dengan koran atau plastik. Simpan sampai pendakian selesai. Kalau sudah turun gunung, bersihkan pembalut kemudian buang di tempat sampah. OMAT!

8. Cari tahu informasi mengenai gunung yang akan didaki

Perlu mengetahui terlebih dahulu informasi peraturan dan jalur pendakian sebelum mendaki karena bagi sebagian gunung ada aturan yang harus kita hormati ketika mereka melarang pendakian bagi pendaki yang sedang datang bulan. Selain mengundang hewan buas liar dengan penciumannya yang tajam, bau darah kotor wanita konon mengundang makhluk kasat mata. Wallahu alam. Tapi kalau menurut saya sih, mengapa wanita haid rentan "diikuti" karena faktor fisik, tubuhnya sedang dalam keadaan lebih lelah yang menyebabkan pikirannya pun menjadi tidak karuan, terkadang kosong jadi banyak melamun sehingga gampang "ditempel". Ya, meskipun hati kecil percaya ga percaya ya, lebih baik tetap menghargai kalau ada aturan seperti itu. Meskipun sebetulnya bisa diakali kalau tahu tipsnya. Tapi kalau tetap nakal, ya tanggung sendiri akibatnya he he.

Nah, kenapa penting untuk tahu jalur pendakian sebelum berangkat? Saya punya sedikit pengalaman waktu mendaki Cikuray ketika haid. Tanpa mencari informasi terlebih dahulu, saya main berangkat aja ke sana dalam keadaan haid. Ternyata jalur Cikuray yang terus menanjak tanpa ampun sama sekali ga ada turunan membuat saya sangat lelah, lelah selelah-lelahnya. Padahal ransel juga udah dibawain sama kawan, tapi cape banget. Saya waktu itu jalan paling belakang dan sampai di camp ketika sudah gelap. Duh, inget banget tuh sama Faisal, dia yang nemenin dan bawain carrier saya waktu di Cikuray, mana sempet dia ke-pantat-in waktu lagi nanjak banget. Pasti dia bete tuh, meskipun ga nunjukin tapi dalam hati ingin berteriak "Wadaw!" Maafin gue, ya, Sal! Wakakakak. Nah, kalau sudah tahu jalur pendakiannya seperti apa, setidaknya bisa memperkirakan apakah jadi berangkat atau ditunda dulu sampai haid selesai. Jadi kasian juga si Faisal jadi repot gegara saya. He he he.


9. Jangan berjalan sendirian, jujur sama tim kalau sedang haid

Terkadang kalau mendaki rombongan dalam jumlah pendaki banyak, biasanya jalannya suka kepisah-pisah nih. Nah, minta beberapa teman untuk menemani. Jujur sama mereka kalau kita sedang haid agar mereka bisa dimintai tolong atau siap siaga kalau-kalau keadaan tubuh kita sedang mengalami hal-hal yang tidak diinginkan seperti tiba-tiba kaki keram, perut keram, dan lain-lain.

10. Bawa obat-obatan kewanitaan pribadi atau makanan/cemilan wajib ketika haid

Saya termasuk yang hampir ga pernah mengalami mulas atau keram ketika menjelang haid, jadi hampir ga pernah juga bawa obat-obatan yang mendukung. Nah, kalau kamu sering mengalami perubahan fisik saat haid, alangkah baiknya membawa obat-obatan atau suplemen pribadi. Mungkin biasanya kalau suka minum jamu haid atau harus dioles minyak kayu putih, mungkin perlu bekal. Atau harus ada makanan dan cemilan wajib ketika haid, jangan sampai ga terbawa. 

11. Bekal air putih lebih banyak

Kondisi tubuh ketika haid pasti lebih mudah terasa lelah. Minum air putih lebih sering ketika pendakian. Cukup sedikit saja, satu atau dua teguk, tapi cukup sering. Kalau banyak-banyak justru akan mengganggu ke kinerja tubuh, membuat badan lebih lemas saat mendaki, dan muncul keram perut.

12. Ini yang penting sebelum memulai perjalanan. Kenali diri sendiri. Ga perlu gengsi

Terkadang ketika haid bikin mood naik turun tidak terprediksi, belum lagi ada yang mengalami mulas luar biasa, keram kaki, kerat perut, keram otak, keram hati, keram jempol, keram sana sini. Kalau fisik dirasa butuh istirahat, lebih baik tidak berangkat. Hargai diri sendiri. Kalau memaksakan, akan merepotkan diri sendiri juga orang lain. Sekiranya keberadaanmu akan membuat suasana perjalanan kurang menyenangkan, lebih baik tunda saja dulu. Gunung ga akan kemana kok, dia kan setia menunggu siapapun yang ingin menikmatinya

13. Pembalut alternatif

Merasa menjadi penyumbang sampah pembalut terbesar di dunia? Tahu ga kalau sampah pembalut dan popok bayi itu adalah sampah paling menjijikan yang ga bisa didaur ulang karena sudah tercampur dengan zat lain dan kalau terurai pun sangat lama? Nah, saya pribadi suka ngerasa dosa sama bumi karena memberi banyak sampah ga berguna? Untungnya teknologi semakin maju. Sekarang ada nih alternatif pembalut. Selain pembalut sekali pakai, ada juga jenis pembalut kain yang bisa dipakai ulang. Tapi memang harus langsung dicuci ketika ganti, supaya nodanya ga menempel karena nanti pas kering bisa dipakai lagi. Ketika ganti harus langsung bilas, tapi akan membuang  banyak air karena harus dicuci sampai bersih. Ada juga menstrual cup/cangkir menstruasi, semacam silikon yang dipasang di vagina kita untuk menampung darah haid (bisa googling lebih jauh). Tinggal dibilas air dan bisa langsung dipakai lagi. Saya belum pernah coba sih keduanya, mungkin ada yang pernah coba pembalut reusable dan menstrual cup saat dipakai mendaki? Boleh loh berbagi pengalaman.

Nah, demikian tips-tips mendaki gunung ketika haid versi saya. Ada tambahan versi kalian? Boleh share di komen ya. Mari berbagi! Semoga bermanfaat. Tabik! 


Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Tips Mendaki Saat Menstruasi"