Hai, selamat siang. Masih dengan Anisa di sini. Di balik meja kerja, ditemani secangkir teh dingin (punya Ibu meja sebelah), si Lappy (nama laptop aku) yang sangat setia, dan si Bluee (motor beat biru kece aku) yang habis servis sama mandi barusan banget, nangkring diem aja depan teras kantor serta sebuah cermin kecil yang selalu menunjukkan betapa cantiknya aku (mulai gagal fokus). Baiklah...
Semenjak beberapa bulan lalu, beberapa dari teman-teman yang ga sengaja baca tweet dari @premous lewat di timelinenya , bertanya seperti ini:
“H-35 itu mau kemana sih?” (empat hari yang lalu)
“H-32 dan H-74 apaan? Mau
kemana?” (kemarin)
"H-60 mau kemana, kak?" (beberapa minggu yang lalu)
"H-93 wah kemana ni?" (beberapa bulan lalu)
"Kak, udah punya pacar?Aku daftar lah kalo belum..." (salah sortir pertanyaan)
Sebenarnya pertanyaan yang serupa tapi tak sama itu bisa aku jawab singkat," INDONESIA". Tapi ada satu pertanyaan yang berbeda dari seorang teman bertanya begini,"Itu gimana ceritanya mutusin mau keliling Indonesia?"
NAH !!! Ini dia yang bikin aku pengen nyapruk di blog. Dan satu lagi, ada beberapa teman yang mungkin ga sengaja memperhatikan tweet-tweet aku belakangan ini, mengeluarkan pertanyaan baru,“Kenapa jadi ada H-74 nya?” (kemarin)
Baiklah, di tanggal 31 Januari 2013 ini, tepat H-31 ini ijinkan jari-jari saya menari di atas si Lappy.
Aku seorang gembel yang lebih senang naik gunung, dipertemukan dengan Fiersa, seorang lelaki bernama imut yang lebih senang berpantai ria. Pendek cerita aku dan dia sering bercerita tentang pengalaman masing-masing saat pergi ke suatu tempat dan bercerita tentang Indonesia. Ya, kita berdua memang sangat jatuh cinta sama negara sendiri. Dan sudah lama ingin keliling Indonesia untuk melihat secara langsung keindahan, keanggunan, dan ketakjuban tanah air.
Pertengahan 2012, aku sudah sangat ada rencana untuk mengunjungi Dewi Anjani di Lombok sana. Suatu hari aku bilang ke si Boii (panggilan aku untuk Fiersa, biar namanya agak cowo dikit) ,“Rinjani, yuk! Mau ga? Awal 2013.” Dia mengiyakan dan mau ga mau aku harus putar otak untuk dapatkan
ongkos pergi kesana. Keadaan saat itu aku no budget banget.
Sambil menyelesaikan skripsi yang
sudah hampir selesai, di bulan November 2012 aku dihubungi Aa Amon, kakak
angkatan di kampusku. Saat itu dia menawarkan ada sebuah proyekan selama 2-3
bulan yang membutuhkan administrator salah satu kegiatan di dalamnya. Tanpa aku
tanya, Aa Amon sudah menyebut nominal gajinya. Wow! Lumayan nih. Rinjani I’m
coming!
Kemudian aku cerita sama si Boii bahwa mulai awal November sampai awal tahun 2013, aku kerja dulu di proyekan
itu. Dia nanya, “Cukup ke Rinjani? Emang gajinya berapa?”
”Cukup banget! Gajinya “segini”!”
“Lumayan banget!! Kamu kerja
berapa lama?”
“Dua sampai tiga bulan.”
“Wah, gimana kalo sekalian
keliling Indonesia?!”
Dalam hati, aku langsung
mengiyakan dan terlontar begitu saja. “YUK!” Tapi dalam pikiran aku
bertanya-tanya,”Tar dulu, emang
cukup?”
Kemudian aku nanya,”Emang mau
gimana? Berapa duit dan berapa lama?”
“Gini aja, kita berangkat beres
kamu selesai proyekan aja bulan Februari, budget 10 juta, kita menghilang sampai
setengah tahun lah, bisa lebih.”
“Hayu aja. Jangan Februari dong.
Aku wisuda.”
“Ho, ya udah, Maret deh pas ulang
tahun aku. Itu timingnya udah pas buat kita. Kamu udah lulus, sebelum kerja
mending keliling Indonesia dulu, ntar susah kalo udah kerja mah. Nah, kalo aku
kenapa berangkat di waktu segitu, karena aku pengen sebelum usia aku ‘segini’ (maaf usianya disensor),
aku mau keliling Indonesia dulu.”
“Oke. Berdua?”
“Ya kita mulai cari aja. Siapa
tau temen-temen kamu atau temen-temen aku ada yang mau gabung.”
“Oke, sip!”
Dan kita mulai merancang kasar untuk
keberangkatan. Fiersa mulai berencana akan mengundurkan diri dari pekerjaannya
sebagai fotografer, akan menutup juga studio rekamannya, dan aku yang bertambah
termotivasi untuk menyelesaikan studi. Kita sudah mulai melakukan pengorbanan
untuk sebuah perjalanan hebat.
Dan semenjak itulah, aku mulai
menghitung mundur untuk mengingatkan aku sendiri bahwa hari semakin mendekati
keberangkatan kita. Dan hitung mundurpun
dimulai…..….H-102
EITS!! Tunggu. Ada pertanyaan yang belum kejawab,” Lah, itu apaan yang H-74 ?”
Haha. Aku cerita besok ya. Karena aku harus kerja dulu. Aku bahas di tulisan
selanjutnya…. Oke...Jeng .. jeng !!!
Sabar yak :p
Makasih loh udah mau baca.
Harapan siang ini :
Semoga
kalian segera mulai meraih impian-impian kamu, sekecil apapun langkahnya, asal terus berjalan, pasti nyampe ke tujuan. Selamat siang, para pemburu mimpi :)
2 Tanggapan untuk "Di Balik Menghitung Mundur"
baca2 kutipan mba anisa rasanya jadi terinspirasi dah!irih bacanya mba,pengen ikut!
kalo udah injak sulawesi tenggara tepatnya kendari kabarin ya mba,sapatau aja bisa barengan keliling indonya hehe.salam kenal dari buyung anak manusia dari sulawesi tenggara hehe :D
Halo salam kenal.. hehe.. ayo ikut :)
Semoga nyusul ya..... hehehe
Posting Komentar