Dua Rindu


Dua orang yang sedang merindu. Yang satu karena memang pernah bersama, yang satunya lagi karena tidak sempat dipertemukan.

*******

Sebuah angkot melaju sangat kencang di jalanan Pungkur yang cukup kosong. Mas keluar dari pintu supir mobil yang dikendarainya. Angkot itu sangat ngebut sampai Mas merasa aman untuk keluar dari mobil. Namun yang terjadi di luar dugaan. Terjadilah... Semakin kencang laju angkot itu meninggalkan jejak tercelanya. Sungguh, si pelaku tak akan pernah tenang hidupnya. Akan selalu dihantui rasa bersalah.

Kepala Mas bersimbah darah. Mobil Brio yang dikemudinya tadi kini mengantarnya ke rumah sakit. Jok belakang ternodai berwarna merah yang masih membekas menjadi hitam sampai sekarang.

Suasana rumah sakit sangat pilu. Berharap masih ada secerca harapan. Namun Allah jauh lebih sayang. Jantung Mas tak lagi berdetak, dada Teteh sesak, tangisnya meledak. Seperti mimpi yang tak selesai. Siapa yang menyangka akan berakhir begini. Dalam rumah tangga yang sangat bahagia, kemudian harus terpisah selamanya. 

Kita semua tahu, sebesar apapun rasa cinta sesama manusia ga akan pernah ada yang mampu menandingi cinta Allah pada semua makhluk-Nya.

Dua minggu kemudian, Teteh melakukan pemeriksaan ke dokter. Dan entah harus bagaimana perasaannya. Dokter bilang ada janin usia enam minggu di rahim Teteh. Niat buruk Teteh untuk mengakhiri hidup langsung saja dibuang jauh-jauh, demi mempertahankan si jabang bayi. Betapa Allah Sebaik-baiknya Perencana. Satu berakhir, satu akan terlahir. Satu gugur, satu akan melipur.

Menikmati masa hamil bersama suami pasti menjadi impian semua perempuan. Tapi Teteh harus berjuang sendiri. Bekerja untuk menghidupi Mughni, si calon bayi. Menguatkan hati, menebalkan telinga dari bibir-bibir iseng yang menyarankannya untuk segera menikah lagi.

*******

Kehilangan manusia ga bisa disamakan seperti kehilangan alat elektronik yang bisa kita cari penggantinya esok hari. Kehilangan orang tersayang membuat nadi-nadi tersayat, membuat separuh jiwa ikut melayang. Mungkin bisa sedikit melupakan karena kesibukan, tapi sosoknya akan selalu terpatri. Kenangan yang berputar ulang di kepala, kembali menggetarkan hati.

Konon, jodoh di surga adalah pasangan terakhir kita di dunia. Dan akan dipertemukan oleh Allah dalam usia yang sangat belia. Sungguh, cita-cita tertingginya Teteh hanya itu. Bertemu lagi dengan imamnya dalam keabadian, tak kan terpisahkan, tak kan tergantikan. Wallahu a'lam bishawab.

Hanya Rindu? Pasti jauh lebih daripada itu. Ingin berbagi, ingin bercerita, ingin menumpahkan emosi bersama, ingin saling memeluk raga. Namun hanya berharap doa-doa yang terlantun sampai hari ini terdengar sampai ke ruhnya.

Cukup terkejut karena almarhum satu almamater SMA dengan saya, hanya terpaut tiga tahun. Saya sendiri, belum pernah sama sekali bertemu dengan Mas. Tapi perjumpaan lewat cerita-cerita cukup menyimpulkan almarhum adalah orang baik yang sangat dirindukan banyak orang.

Kelak selalu ada doa anak sholehah sebagai penyambung amalan. Al-Fatihah. Salam kenal, Mas Prima. 

13 Oktober 1986 - 1 Februari 2015


Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Dua Rindu"